Halaman

Sabtu, 09 Februari 2013

First Story



TAK KEMBALI

“kalian semuaa ayo berbaris dengan rapi” teriak salah satu Pembina kami. Hari pertama masa orientasi siswa sangatlah menyebalkan. Di kelompok ini, pembinanya juga sangar-sangar. Tidak ada yang bisa di ajak kompromi.
Di dalam kelompok ini, tidak ada seorangpun yang aku kenal. Tapi ada satu orang yang aku suka. Namanya Shintia, perempuan berambut panjang mata yang sipit dan tinggi semampai telah memikat hatiku.
“sekarang materi pembelajaran kita adalah PBB, tidak ada seorangpun yang berbicara ketika saya sedang mencontohkan gerakan PBB. KALIAN PAHAM ??!!” teriakan pembina itu sangatlah nyaring. Seakan-akan berusaha memecah gendang telingaku.
“PAHAM  KAK!” teriakan kamipun, tidak bisa mengalahkan teriakan Pembina itu.
Disaat Pembina sedang mencontohkan gerakan-gerakan PBB, aku yang berbaris paling depan merasa bosan. Karena gerakan-gerakan itu sudah pernah ku pelajari ketika SD dulu. Jadi aku memutuskan untuk melihat Shintia, aku tidak tau dia berbaris dimana. Jadi aku haru memutar kepalaku kekiri dan kekanan untuk menemukannya. Tepat ketika ku melihat kearah kanan, aku menemukannya. Tapi terhalang oleh kepala salah satu siswa lainnya, jadi aku harus menginjit. Ketika aku melihat wajahnya, rasa bosan ku lenyap sudah, apalagi dia juga melihat kearahku.
Aku melempar senyum terbaikku kepadanya, dan dia juga tersenyum kepadaku. Ohh senangnya hatiku saat itu.
“priiiiit priiiiiitt” suara peluit tepat di telingaku menghancurkan rasa senang hatiku.
“ heeeiii boy. Apa yang kau lihat disana haa ? bukankah saya sudah bilang untuk memperhatikan saya !” astagaaa, Pembina memergokiku sedang melihat Shintia.
“ sekarang kau push up ! cepaaat “ perintah Pembina dengan suara yang lebih nyaring dari pada tadi.
Jika aku membantah, urusannya akan semakin panjang lagi. Jadi aku menuruti apa kata Pembina itu. Perlahan aku merebahkan badanku ke bewah. Seiring aku mulai mengambil ancang-ancang untuk pus up, suara cekikikan kecil pun muncul dari belakang. Yaa, aku tau itu pasti suara tawa siswa yang lain. Mereka pasti geli melihat tingkahku yang sangat memalukan.
“ayoo cepat push up !” lagi-lagi Pembina itu meneriakiku. Dia kira aku tuli ? cukup dengan suara yang standar aku bias mendengarnya kok ! lama-lama seperti ini, gendang telingaku akan pecah !
Ketika aku push up, suara cekikikan kecil tadi berubah menjadi tawa yang terbahak-bahak. Seakan-akan satu sekolahan ini menertawaiku.
“sudah. Kau berdiri sekarang !”
“apa kesalahanmu haa ?” Pembina killer itu menatap mataku. Tatapannya tajam sekali, setajam pisau yang baru saja di asah.
Aku hanya diam, aku bukannya takut. Tapi aku hanya tidak ingin mancari gara-gara dengan si killer ini.
Ku kira, dengan aku diam. Dia sudah merasa menang karena sudah berhasil membuatku takut. Tapi ternyataa
“apa kau tidak bisa berbicara haa ?” astaga, ini masa orientasi atau pelatihan militer ? si killer itu lagi-lgi menatap mataku, tatapannya lebih tajam dari pada tatapannya tadi.
“saya bisa berbicara kak, dan saya juga bias mendengar !” tiba-tiba ucapan itu terlontar begitu saja. ‘ohh, astaga. Apa yang baru saja aku ucapkan. Dia pasti mengusirku dari barisan’ aku bergumam sendiri di dalam hati. Kata-kata itu termasuk kata-kata yang pedas. Apa yang aku lakukan ?. aku sangat cemas pada saat itu.
“baguus, ku harap kau juga bisa melihat. Karena aku akan mempraktekkan gerakan PBB.” Dia berbicara sambil menyunggingkan senyum mengejak kepadaku.
Huh, untung saja dia tidak merasa tersinggung oleh ucapanku tadi.

SKIP

Semangkok bakso Mang Ujang, menjadi sarapan siangku hari ini. Setelah otakku lelah mencerna pengajaran dari guru hari ini, dan perutku lelah menahan rasa lapar. Inilah solusi yang baik untuk mengatasi rasa lelah otak dan perutku.
“hei Reyhan. Sendiri aja ?” tiba-tiba terdengar suara perempuan dari sampingku. Suara yang halus itu, sepertinya tidak asing lagi bagiku.
“iya, sendiri aja” ucapku sambil menoleh kearah suara itu. Wow, ternyata itu Shintia. Gadis cantik yang sangat menawan.
“boleh duduk di sini ?” Tanya Shintia seraya meletakkan, semangkok mie ayam ke meja.
“tentu Shin!” hoooo astaga. Mimpi apa aku semalam ? bisa duduk bersama Shintia di sini. Di tempat BAKSO MANG UJANG. Aku merasa menjadi orang yang paling bahagia se antero jagad raya.
“Rey, sering kesini ya ?”
“ehh, gak juga Shin. Kebetulan lagi pengen makan bakso aja. Hehe kamu gimana ? “
“lumayan sih, di sini mie ayamnya enak.” Dia berbiacara dengan anggunnya.
Setelah kami menghabiskan makanan masing-masing, kami pun berdiri dan membayar makanannya.
“ternyata kamu orangnya asik ya Rey! Ga kaku kalo di ajak ngobrol” ucapnya sambil menepuk bahuku.
“hehe, aku sih begini aja Shin.” Aku hanya tersipu malu, karena dipuji oleh Shintia.
“yaudah, aku mau masuk kelas duluan ya. Besok pas istirahat kita ketemu di sini lagi yaa !” Shintia berlari kedepan dan melempar senyum tipis yang menawan.
“okeeee. Kita bakal ngobrol lagiiii” teriakku dengan nada gembira.
Waaah, hari ini memang joky banget. Udah makan bareng bidadari dipuji pula lagii. Dan besok bakal makan lagi sama bidadari. Yuhuuuu, aku berjalan dengan senyum kebahagiaan.

SKIP
Untuk menepati janji, setelah bel istirahat berbunyi. Aku bergegas ke tempat bersejarah kemaren, yaitu BAKSO MANG UJANG.
Aku langsung memesan satu mangkok bakso dan mie ayam. Aku tau dia suka mie ayam, dari kata-katanya yang kemaren “mie ayam di sini enak”. Aku duduk menunggunya, rasa resahpun menghampiri. ‘kenapa dia belum datang juga ya ?’
Aku mengedar pandangan kesekitar. Tidak ada tanda-tanda kedatangan Shintia. Berkali kulihat jam di tangan untuk membunuh waktu.
Akhirnya aku memutuskan untuk memakan bakso duluan. Tapi, setelah bakso ku habis. Dia tak kunjung datang. Padahal 5 menit lagi waktu istirahat sudah selesai.
“huh, dia ga datang juga ya !. terus mie ayamnya mau di apain ? kalo di buang kan mubazir ?” ucapku seraya menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali.
“ ya sudah, aku bungkus saja. Mungkin di rumah nanti ada yang minat sama mie ayam ini”
Hari ini tidak sesempurna hari kemaren rupanya. Bidadari  yang di tunggu-tunggu tidak menepati janjinya. Tapi aku berusaha untuk postif thinking, barangkali dia terlalu sibuk dengan tugasnya jadi dia tidak sempat kemari. Atau dia di tugaskan oleh guru untuk mencarikan buku di perpustakaan. Bisa jadi sajakan ?
Sepulang sekolah nanti, aku berniat untuk menunggu Shintia di gerbang sekolah. Setidaknya aku ingin menanyakan kenapa tadi dia tidak datang tadi ?
Tapi ternayat dia juga tidak ada, apa mungkin dia tidak sekolah ? kenapa dia tidak sekolah ? hmmm mungkin dia ada urusan.
Diperjalanan pulang, aku selalu mengingat senyum manis Shintia yang tak akan pernah aku lupakan. Keramahannya, kecantikannya dan kesempurnannya itu sangat memikat hati.
Mengingat semuanya itu, akupun tertunduk di sisi jalan. Inginkan melihat keindahan itu untuk kedua kalinya.
Perlahan air mataku mulai mengering. Aku sudah cukup bangga bisa menemani hari-hari terakhir Shintia dengan semangkok mie ayam kesukaannya.
Ku harap kau bahagia di sana Shintia, walaupun kau tidak bisa menepati janjimu kepadaku. Aku belum bisa untuk mengatakan isi hatiku padamu, kau berlalu begitu saja. Sekarang kau sudah berada di tempat peristirahatanmu yang terakhir. Tak akan ada wanita yang sesempurnamu yang bisa membuat hati ini bahagia kembali.
Akan selalu ku ingat senyum manismu itu. Terimakasih untuk pujian pertama dan terakhirmu di tempat yang tak pernah ku duga-duga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar